Kabupaten Kotabaru dengan Ibukota Pulau Laut memiliki cukup banyak
lokasi yang dapat dijadikan sebagai obyek wisata, baik itu berupa Wisata Alam, Wisata Buatan, Wisata Religius, Wisata Sejarah/Wisata Budaya, dan
Wisata Adat yang cukup potensial untuk dikembangkan.
Air Terjun Tumpang Dua
Air Terjun Tumpang Dua yang berlokasi di desa Sebelimbingan Kecamatan Pulau Laut Utara.
Air terjun Tumpang Dua
Merupakan kawasan objek wisata tirta yang sangat menarik, indah
dan sejuk dengan fasilitas kolam renang alami yang sangat nyaman,
santai buat keluarga dengan suasana alam pegunungan yang jarang terdapat
di daerah lain.
Pantai Gedambaan
Belum lengkap kalau wisata ke Kabupaten Kotabaru kalau kita
belum mengunjungi pantai Gedambaan 14 km dari Kota Kotabaru dengan
tempat wisata pantai dengan pasir putihnya tersebut pemandangan yang
khas dan ditambah sarana pendukung seperti Cottage (penginapan),
Mushola, Kolam Pemancingan dan Warung Makan serta tempat duduk yang
banyak tersedia.
Panorama senja hari di Pantai Gedambaan
Pantai ini merupakan sebuah pantai yang sangat indah dan
merupakan kebanggaan bagi masyarakat Kotabaru. Pantai ini terus
dikembangkan dan pasilitasnya terus ditambah. Pada tahun 2006 dibangun
kolam renang di kawasan sekitar pantai tersebut. Pantai ini selalu ramai
dikunjungi khususnya pada hari sabtu da hari minggu. Selain itu juga
tersedia sarana parkir yang luas akan memudahkan kita untuk berpiknik di
Pantai Gedambaan. Dan tidur di Cottage Pantai Gedambaan.
Panorama Laut di Pantai Gedambaan
Acara Adat Macceratasi
Pantai Gedambaan yang lebih terkenal dengan Sarang Tiung
tersebut, pada musim liburan memang selalu ramai, namun pada tahun baru
semakin ramai dibandingkan hari libur biasa.
Ribuan pengunjung sudah memadati pantai sejak Sabtu sore, dengan
setia mereka mengikuti upacara adat pemotongan hadangan (kerbau),
sebagai bentuk rangkaian ritual adat tersebut. Prosesi utarna
Macceratasi adalah penyembelihan kerbau, kambing, dan ayam di pantai
kemudian darahnya dialirkan ke laut dengan maksud memberikan darah bagi
kehidupan laut. Dengan pelaksanaan upacara adat ini, masyarakat yang
tinggal sekitar pantai dan sekitarnya, berharap mendapatkan rezeki yang
melimpah dari kehidupan laut.
Sebelum Macceratasi dimulai terlebih dahulu diadakan upacara
Tapung Tawar untuk meminta berkah kepada Allah SWT. Sehari kemudian
diadakan pelepasan perahu Bagang dengan memuat beberapa sesembahan yang
dilepas beramai-ramai oleh nelayan bagang, baik dari Suku Bugis, Mandar
maupun Banjar. Keseluruhan upacara adat ini sekaligus melambangkan
kerekatan kekeluargaan antar nelayan.
Untuk meramaikan upacara adat ini, biasanya disuguhkan hiburan
berupa kesenian hadrah, musik tradisional, dan atraksi pecak silat. Usai
pelepasan bagang, ditampilkan atraksi meniti di atas tali yang biasa
dilakukan oleh lelaki Suku Bajau. Atraksi ini pun selalu dipertunjukkan
bahkan dipertandingkan pada saat Upacara Adat Salamatan Leut (Pesta
Laut) sebagai pelengkap
Acara adat dilanjutkan dengan pelepasan perahu bagang
(alat tangkap teri) ke laut. Ratusan perahu nelayan jenis Balapan
berjejer disepanjang garis pantai, guna dilepas secara simbolis menuju
bagang di sekitar pantai Sarang Tiung.
Dilanjutkan dengan acara tari-tarian adat yang bertujuan
menghibur masyarakat dan pengunjung, serta doa bersama agar tahun baru
membawa berkah bagi semua masyarakat.
Sementara, pengunjung yang datang tidak hanya sekedar
menyaksikan upacara adat secara langsung melainkan juga menikmati
keindahan pantai sarang tiung tersebut.
Ribuan pengunjung yang terdiri dari orang tua, anak-anak serta
pasangan muda mudi terlihat asik dengan kegiatan masing-masing. Ada yang
bermain pesawat mainan dari gabus yang bisa diterbangkan di sekitar
pantai.
Ada yang bermain bola ada yang asik membuat bangunan pasir,
serta pengunjung yang hanya hilir mudik menikmati pemadangan. Keramaian
tersebut ternyata membawa rejeki bagi pedagang kaki lima yang berjualan
di tengah keramaian tersebut. Namun, dibalik itu semua diharapkan
upacara adat sebagai satu diantara ribuan kebudayaan Kotabaru, tidak
dicemari dengan kegiatan negatif.
Menikmati Terumbu Karang di Teluk Tamiyang
Salah satu keindahan alam yang menarik adalah gugusan terumbu
karang didaerah Teluk Tamiyang yang berada di dalam kawasan Kecamatan
Pulau Laut Barat.
Berbagai jenis terumbu karang Teluk Tamiyang
Keaslian terumbu karang yang belum tersentuh ini semakin
menarik karena kejernihan air laut di daereh tersebut. kawasan ini dapat
ditempuh dengan perjalanan darat dan kemudian di lanjutkan dengan
menggunakan kapal motor kecil yang kesemuanya mempunyai jarak lebih
kurang sekitar 4 Km dari Ibu Kota Kabupaten Kotabaru. Potensi alam yang
demikian indah ini dianngap sebagian banyak orang tak kalah bagusnya
dengan terumbu karang di kawasan wisata Taman Laut Bunaken yang berada
didaerah Sulawesi Utara.
Gunung Batu Kapur Yang Menjulang Tinggi
Gunung Batu Kapur ini merupakan sebuah pemandangan khusus dengan keindahan alam yang langka.
Gunung Batu Kapur
Disamping potensi alam tersebut juga sebagai potensi tambang atau salah satu bahan baku industri.
Pemandian Air Panas Desa Sigam
Selain Pantai Gedambaan yang selalu padat pengunjungnya, wisata
alam air panas di Desa Sigam juga memiliki daya tarik tersendiri bagi
pengunjungnya.
Banyaknya pengunjung ke lokasi air panas Desa Sigam karena
adanya anggapan dengan mandi air panas di Km 4 tersebut dapat membantu
menyebuhkan penyakit kulit, walau penyakit tersebut sebelumnya sudah
diobati dan tidak kunjung sembuh. Selain itu mandi air panas juga
dipercayai dapat membugarkan tubuh yang letih dan lelah setelah bekerja
keras.
Gunung Jambangan
Gunung ini, dilihat dari kejauhan hanya sebuah gunung yang indah.
Panorama Gunung Jambangan
Namun, apabila melintas di sisinya, tentu nampak lebih jelas lagi keindahannya.
Pulau Manti
Pulau Manti adalah sebuah pulau dengan pasir pantai yang putih, berada di antara Pulau Laut dan Pulau Sebuku.
Panorama senja hari Pulau Manti
Pulau ini menghadirkan kesejukan suasana pantai dan laut dan
sangat nyaman untuk dijadikan sebagai tempat instirahat dalam waktu
tertentu.
Batu Jodoh dan Ritual Malasung Manu
Batu Jodoh terletak di Pantai Aru Kecamatan Pulau Laut Selatan
merupakan tempat yang dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat terkabul
segala ikrar sepasang kekasih. Perjanjian atau ikrar dilakukan dengan
duduk di atas kedua batu tersebut kemudian sepasang kekasih tersebut
saling berikrar dengan begitu mereka meyakini bahwa ikrar mereka
tersebut dapat terkabul. Keyakinan ini sudah dipercaya masyarakat secara
turun temurun sehingga banyak wisatawan yang melakukan ikrar di atas
batu tersebut sebagai pembuktian dari keyakinan masyarakat.
Mereka umumnya memang meminta segera dipertemukan jodohnya oleh Allah SWT dengan cara melakukan ritual Malasuang Manu.
Sebelum memasuki upacara puncaknya, upacara adat Malasuang Manu
biasanya dikemas dengan beberapa kegiatan lainnya seperti sepakbola
yang merebutkan piala bergilir Wakil Gubernur.
Biasanya, pelaksanaan acara puncak dari Malasuang Manu ini
adalah pada hari terakhir dan sekaligus penutupan semua kegiatan
lainnya.
Dengan melepaskan sepasang ayam jantan dan betina di Pulau
Cinta, pulau yang luasnya kurang dari 500 m3 dan hanya terdiri dari
batu-batu besar dan sejumlah pohon laut tersebut, kaum muda-mudi akan
segera mendapat jodoh.
Selain melepaskan ayam jantan dan betina dari atas dua batu
besar, yang terbelah dengan ketinggian sekitar 10 meter dari permukaan
laut, muda-mudi yang datang ke Pulau Cinta, juga melaksanakan ritual
mengikatkan sebuah tali di dahan dan ranting pohon laut, yang tumbuh di
atas batu-batu besar, dengan harapan akan mendapatkan jodoh yang tidak
akan terputus sampai maut menjemput.
Tali atau benda-benda yang digantung di dahan dan ranting
tersebut, biasa berupa pita warna-warni, plastik rafia, atau akar pohon,
dan diberi benda-benda atau batu yang memiliki bentuk indah atau sapu
tangan, sebagai tanda keinginanya digantungkan kepada Allah SWT.
Usai memasang dan melaksanakan selamatan di Pulau Cinta,
muda-mudi yang menggunakan kendaraan kelotok tersebut kembali pulang,
dengan membawa harapan segera dipertemukan jodohnya.
Setelah keinginannya tercapai bertemu jodohnya, mereka kembali
mendatangi Pulau Cinta, pulai yang harus ditempuh dengan waktu sekutar
30 menit dari daratan Pulau Laut.
Mereka kembali ke Pulau Cinta dengan menggunakan perahu yang
dihiasi kain dan kertas warna-warni bersama pasangannya, untuk melakukan
syukuran bersama kerabat dekat dan handai taulannya.
Dalam selamatan itu disajikan beberapa menu makanan khusus yang
tidak boleh ditinggalkan seperti, sanggar (pisang kepok yang di balut
dengan tepung beras dan gandum dengan ditambah gula dan garam, kemudian
goreng), serta minuman teh panas yang disajikan saat kedatangan pertama
dan kedua kalinya itu.
Mereka datang untuk melepas dan mengambil kembali tali serta
benda yang diikat pada dahan dan ranting, untuk disimpan sebagai bukti
keinginannya telah dikabulkan Allah SWT, mendapatkan jodoh dengan
harapan terus dibimbing untuk menjadi keluarga yang sejahtera.
Ritual yang dilaksanakan antara bulan Juli dan Agustus tersebut,
disaksikan oleh ribuan wisatawan domestik dan manca negara, seperti
Australia, Korea Selatan, dan China.
Wisatawan luar negeri tersebut sebagian besar adalah keluarga
dan kerabat karyawan perusahaan asing di wilayah itu, yakni perusahaan
kepelabuhanan PT Indonesia Bulk Terminal (IBT), dan perusahaan bahan
baku bubur kertas PT Mangium Anugerah Lestari (MAL).
Selain itu, wisatawan yang turut hadir juga berasal dari anak
buah kapal (ABK), kapal-kapal asing dan dalam negeri yang kebetulan
sedang bongkar muat batubara di PT IBT.
Kemeriahan pesta adat Malasuang Manu, merupakan kebanggaan daerah dalam mempromosikan Kabupaten Kotabaru.
Meriahnya pesta adat asal suku Mandar, Sulawesi Selatan tersebut
kini menjadi ajang wisata tahunan bagi masyarakat Kotabaru.
Di pulau yang terdiri dari bebatuan yang ditumbuhi pohon-pohon laut serta kelapa itu.
Air Terjun Seratak
Air Terjun Seratak adalah kawasan wisata alam dan tirta dengan
air terjun yang alami serta dengan tumbuhan anggreknya yang sangat
menarik. Air terjun Seratak cukup mudah dicapai, karena jaraknya tidak
terlalu jauh dari pusat kota. Dari kota Kotabaru ke Desa Seratak cuma
berjarak 22 km, yang dapat ditempuh dalam waktu antara 20 sampai 30
menit. Sedangkan untuk menuju kawasan air terjun, harus ditempuh jalan
setapak sekitar 2,5 km. Jika kita berjalan kaki dengan santai cukup satu
jam sudah sampai ke air terjun.
Air Terjun Saratak
Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar empat meter dan di
bawahnya terdapat kolam yang luas itu, sangat strategis dijadikan obyek
wisata pilihan dari sejumlah obyek wisata alam serta wisata budaya di
"Bumi Sa-Ijaan.
Di sekitar air terjun terdapat telaga yang indah. Airnya sangat
jernih dan mengalir ke sela-sela batu-batu raksasa serta bebatuan kecil
dan keras di bawahnya. Sementara itu pohon-pohon yang menjulang di
sekitar lokasi masih rindang dan cukup asri untuk dapat dinikmati kala
beristirahat menghilangkan kepenatan.
Ditambah suasana lingkungan yang masih perawan itu
membuat daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik dan mancanegara,
terlebih di antara bebatuan terdapat sebuah batu yang berbentuk mirip
kura-kura.
Jalan sekitar menuju air terjun dan kawasan tangkapan air juga
terdapat pohon buah-buahan, diantaranya langsat dan durian.
Di kawasan tersebut juga layak dikembangkan agrowisata. Sambil
menikmati keindahan alam, pengunjung dapat mengonsumsi buah-buahan.
Untuk memudahkan pengunjung menuju objek wisata, pemerintah
berencana membuat jalan undakan di beberapa tempat. Di jalan undakan
tersebut akan dibuat shelter-shelter untuk para pengunjung yang ingin
beristirahat.
Pulau Samar Gelap Pulau Telur Penyu
Dari kejauhan terlihat samar-samar apabila menjelang senja.
amun pulau tersebut menyimpan kedamaian di laut sekitar karena
jika kita berada di sana kita bisa menikmati pemandangan unik yaitu
merayapnya penyu ke pantai untuk bertelur.
Penyu Besar Yang Ada Di Pantai Ini
Temuluang, Goa Paling Kaya
Dari luar, Goa Temuluang tak menarik. Mulut goa penuh semak
belukar. Untuk mencapainya juga harus lewat jalan setapak. Itulah
sebabnya goa di dekat Desa Bangkalaan Dayak, Kecamatan Kelumpang Hulu,
Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, itu bukan obyek wisata terkenal.
Namun, kesan pada Temuluang tadi bisa berubah begitu kita
menyusurinya. Dalam goa horizontal itu ada aliran sungai di lorong
gelap. Menurut warga, panjang Temuluang mencapai empat kilometer, tiga
kilometer di antaranya berupa alur sungai selebar sekitar enam meter
dengan dalam sekitar tiga meter. Untuk menyusuri Temuluang tidak cukup
dengan berjalan kaki. Pengunjung juga perlu jukung ketinting, yakni
perahu motor tempel.
Di Kalimantan Selatan (Kalsel) kondisi seperti itu diperkirakan
cuma ada pada Goa Temuluang. Selama ini dalam memperkenalkan obyek
wisata goa di Kalsel yang disebut-sebut hanya Goa Batu Hapu, Berangin,
Mandala, Kelelawar, Liang Kantin, Liang Hadangan, Batu Benawa, dan
Sugong. Goa Temuluang tidak pernah disebut.
Sarang walet
Meski jauh dari Banjarmasin (350 kilometer arah timur) dan 150
kilometer arah utara Kotabaru, Temuluang sudah jadi rebutan para pemburu
sarang burung walet sejak zaman penjajahan Belanda. Sekarang pun
Temuluang dikenal sebagai penghasil sarang walet terbesar di Kalsel.
Itulah sebabnya tidak bisa sembarang orang masuk ke dalam goa
tersebut. Temuluang pun disebut-sebut merupakan goa termahal.
Untuk bisa masuk, pengunjung harus minta izin terlebih dulu ke
pemuka Desa Bangkalaan Dayak. Hal ini penting, karena goa itu dijaga
masyarakat setempat. Goa tersebut juga dipercayai memiliki kekuatan
gaib. Selain itu, pengunjung juga harus meminta izin polisi yang
ditugaskan di sana.
Polisi ditugaskan untuk mencegah konflik terkait dengan
keberadaan sarang burung walet di goa tersebut. Beberapa tahun lalu
perebutan sarang walet memakan korban jiwa.
"Izin-izin itu perlu bukan untuk melarang. Asal jelas
kepentinganya, pasti warga di sini mengizinkan. Apalagi dengan tujuan
baik, seperti untuk penelitian atau wisata, kami jelas menyambutnya
dengan tangan terbuka. Kami tidak ingin lagi terjadi perkelahian di
sini," kata Tiang Han, mantan Pembakal (Kepala Desa) Bangkalaan Dayak.
Bagi warga yang kegiatan sehari-harinya berburu atau mencari
hasil hutan, goa tersebut menjadi tempat yang nyaman untuk istirahat
sebelum pulang ke rumah.
Goa Temuluang berjarak sekitar dua kilometer dari sana.
Temuluang sangat gelap. Karena itu, lampu senter atau head lamp menjadi
kelengkapan yang mutlak.
Gemericik air yang jatuh dari stalaktit dan kawanan burung
layang-layang yang beterbangan keluar masuk goa cukup menyeramkan
suasana. Hanya suara-suara itu yang memecah kesunyian dan kegelapan.
Dengan lampu senter, terlihat pada langit-langit goa ribuan
sarang walet. Keberadaan sarang burung inilah yang menyebabkan goa
dijaga sepanjang hari. Warga yang bertugas di sana mencapai 42 orang.
Mereka menjaganya secara bergantian setiap dua hari sekali.
Pondok penjaga
Setidaknya ada empat pondok yang dijadikan pos penjagaan
Temuluang. Setiap pondok diberi satu lampu minyak, lengkap dengan
peralatan masak.
Uniknya, untuk menghubungkan satu pondok dengan pondok lainnya
tidak semuanya bisa dilalui dengan jalan kaki, tetapi menggunakan perahu
ketinting dengan mesin tempel. Perahu dipakai untuk menyusuri goa
tersebut karena terdapat aliran air Sungai Kapuis. Aliran Sungai Kapuis
ini diperkirakan merupakan anak Sungai Bangkalaan yang muaranya sampai
ke Teluk Kelumpang.
Selain mengangkut para penjaga dan logistiknya, perahu juga
dipergunakan untuk memetik dan mengangkut hasil panen sarang burung.
Jika memerlukan perahu, mereka biasanya memanggil dengan cara meniup
ambung, yakni sebatang bambu dengan panjang 50 sentimeter dan
berdiameter 10 sentimeter yang telah diberi lubang sehinga menimbulkan
suara bergema seperti meniup sangkakala.
Yang terasa menakjubkan, di goa tersebut ada empat lubang
berbagai bentuk yang menjadi tempat keluar masuknya burung walet.
Lubang-lubang itulah yang menjadi tempat masuk cahaya matahari ke dalam
goa. Berkas-berkas sinar mentari memperlihatkan barisan indah stalaktit
dan stalagnit.
Produksi sarang walet
Ambai (54), motoris perahu ketinting yang telah bekerja di goa
tersebut sejak masa sekolah menengah pertama, mengungkapkan, produksi
sarang burung di goa ini sempat mencapai satu ton setiap kali panen,
pada kurun 1970-1980-an. Sekarang ini hanya berkisar 350 kilogram hingga
500 kilogram sekali panen. Panen dilakukan tiga kali dalam setahun.
Dengan perhitungan harga sarang burung walet sekitar Rp 3,5 juta
per kilogram, maka nilai produksi sarang burung walet dari goa tersebut
mencapai Rp 1,2 miliar sekali panen atau Rp 3,6 miliar setahun.
Melihat keunikan "Goa Temuluang" dan keindahan barisan karst
yang memanjang di kaki pegunungan Meratus sebelah timur itu, maka sudah
semestinya kawasan ini harus diselamatkan dan dikelola secara lebih
baik. Jika daerah rusak akibat penambangan batu bara ilegal atau
penambang kapur tak terkendali, maka musnahlah kebanggaan nama Temuluang
sebagai goa termahal di Kalsel beserta barisan karstnya.
WISATA SEJARAH / WISATA BUDAYA
Tradisi Lomba Perahu Katir
Tradisi balapan atau lomba perahu katir yang biasa
diselenggarakan antara bulan Juli-Agustus setiap tahun di Pulau Kerayaan
sekitar 140 km sebelah selatan Pulau Laut Kotabaru. dan akan dijadikan
wisata bahari andalan Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan.
Katir Race (lomba perahu Katir), kegiatan Lomba Perahu Katir
ini merupakan kegiatan tahunan yang sudah dijadwalkan dalam agenda
kegiatan pariwisata Kabupaten Kotabaru. .
Kegiatan tersebut merupakan jenis kegiatan bahari yang
menyerupai jenis kegiatan lomba perahu layar. Selain diikuti oleh
peserta dari daerah sekitar Kabupaten Kotabaru sendiri, kegiatan ini
juga diikuti oleh peserta dari luar daerah, lomba tersebut terbuka untuk
umum tidak hanya terbatas untuk warga sekitar saja.
Sebagai objek wisata adu perahu katir akan diadakan di kawasan
lokasi Siring Laut dan Pantai Gedambaan yang relatif lebih dekat dengan
ibukota kabupaten
Lomba perahu katir merupakan satu-satunya yang ada di Kotabaru
dan tidak ada satu daerah lainnya di Indonesia yang menggelar event
serupa.
Namun keinginan menjadi kegiatan nelayan berlomba perahu mini
menjadi obyek wisata andalan itu mengalami kendala infrastruktur ke
wilayah tersebut.
Hingga saat ini jalan yang mengakses ke lokasi obyek wisata di
Pulau Kerayaan di Kecamatan Pulau Laut Kepulauan tersebut, masih banyak
yang berlubang dan berbatu, serta ditumbuhi semak belukar.
Terutama badan jalan mulai dari, Tanjung Serdang, Salino, Semisir, Sungai Pasir, Semaras, Lontar hingga Tanjung Lalak.
Lomba perahu katir yang biasa dilakukan nelayan lokal untuk
mengisi waktu saat beristirahat tidak melaut, karena angin kencang itu
dapat dijadikan salah satu obyek wisata andalan, karena lomba tersebut
hampir sama yang dilakukan oleh luar negeri.
Hanya besarnya perahu saja yang berbeda, kalau di luar negeri
perahu dan layarnyanya berukuran besar, tetapi untuk di Pulau Kerayaan
perahu dan layarnya berukuran kecil untuk satu operator.
WISATA ADAT
Ritual Bawanang Suku Dayak
Upacara Bawanang di Kecamatan Hampang dan Sungai Durian. Upacara
ini juga milik suku Dayak. Hanya saja Bawanang adalah ritual untuk
selamatan besar-besaran (Aruh Ganal), bukan pengobatan seperti Babalian
Tandik. Pelaksanaannya dihadiri utusan dari balai-balai adat yang ada di
Kalimantan Selatan bahkan dari Kaltim dan Kalteng serta Kalbar. Ritual
ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur warga dayak terhadap hasil hutan
dan kebun setelah panen. Bawanang biasanya dilaksanakan selama beberapa
hari dengan menghadirkan beberapa hiburan rakyat.
Upacara Babalian Tandik Untuk Mendapat Berkah
Seperti upacara yang dimiliki suku Dayak yang tinggal di kawasan
Pegunungan Meratus, upacara tersebut biasa disebut dengan upacara
Babalian Tandik. Upacara ini dilaksanakan untuk ritual pengobatan jika
ada warganya yang mengalami sakit dan dilaksanakan di depan gua
Temuluang. Upacara ini diiringi dengan pemotongan hewan kerbau dan
penyiraman air (Badudus) pada semua pengunjung yang hadir. Dari
kepercayaan dan cerita warga setempat, badudus ini adalah peninggalan
dari raja Batu Ganting untuk mendapatkan berkah dari yang maha agung.
Pesta Rakyat Mandar Pulau Kerasian Pesta Keselamatan dan Kesejahteraan
Pesta rakyat digelar masyarakat Pulau Kerasian Kecamatan Pulau
Laut Kepulauan sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rezeki
dan juga mengharapkan desanya selalu mendapatkan keselamatan dan
kesejahteraan. Terik matahari di Minggu siang (8/3) tidak menyurutkan
animo warga dan masyarakat sekitar Pulau Kerasian berbondong-bondong
mengikuti pesta rakyat tersebut. Beraneka macam hidangan gratis khas
masyarakat mandar disuguhkan melalui 6 buah stand mewakili 6 rukun
tetangga yang ada di Desa Kerasian. Hidangan berbahan baku singkong,
tepung terigu, tepung beras dan tepung ketan disajikan secara menarik.
Masing-masing RT menyediakan makanan yang berbeda tidak boleh
diketahui oleh stand lainnya, karena kafe-kafe tersebut juga
diperlombakan, kafe mana yang paling banyak pengunjungnya, itu berarti
telah menyajikan makanan yang lezat dan sangat digemari oleh pengunjung.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata
Kotabaru, Ir. Mochran dalam sambutannya menyatakan terima kasih dan
selamat telah menggelar kegiatan ini dari tahun ke tahun dan menghimbau
untuk melaksanakannya dengan kreatif, sehingga akan lahir produk budaya
yang menarik dan unik yang nantinya akan menarik kunjungan wisatawan
datang dan melihatnya. Kegiatan wisata seperti halnya pesta rakyat ini
cukup menjanjikan bila dikelola dengan baik, akan menjadi penyumbang
pendapatan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Untuk masyarakat Pulau Kerasian diharapkannya dengan pesta
rakyat ini akan menumbuhkan rasa kebersamaan, persatuan dan kesatuan
serta rasa memiliki keanekaragaman adat istiadat asli daerah.
Dari
manapun asal muasal kita, apabila sudah berada dan tinggal di Kabupaten
Kotabaru, maka adat disinilah milik kita bersama yang harus dijaga dan
lestarikan bersama. Demikian pula perlu dipelihara kebersihan
lingkungan, sehingga menjadi tempat yang nyaman, indah dan aman. Bukan
hanya untuk para wisatawan, tetapi untuk masyarakat sendiri.
Sementara itu agar lebih meriah, Ir. Mochhran menyarankan kepada
panitia agar pesta rakyat juga digabungkan dengan kegiatan kepemudaan
maupun olahraga dalam mencari dan mengembangkan atlit berbakat dari
daerah ini, sebagaimana halnya instansi yang dipimpinnya ditambah dengan
urusan pemuda dan olahraga.
Ketua panitia pelaksana, Syarifuddin melaporkan bahwa kegiatan
ini seharusnya dilaksanakan tahun 2008, biasanya bulan Juli atau
Desember, namun berhubung banyak kegiatan lainnya seperti program PNPM
dan persiapan MTQ tingkat kabupaten, maka pelaksanaannya baru bisa
dilaksanakan sekarang. Diakui Syarifuddin acara tahun ini lebih
sederhana dibandingkan tahun sebelumnya dan beberapa kegiatan
ditiadakan, ini juga berkaitan dengan terbatasnya dana swadaya
masyarakat. Pemkab Kotabaru sendiri melalui Dinas Pemuda, Olahraga,
Kebudayaan dan Pariwisata memberikan bantuan dana sebesar Rp.23 juta,
kemudian dari Camat Pulau Laut Kepulauan sebesar Rp.2,6 juta dalam
bentuk pakaian panitia.
Selain menyuguhkan makanan gratis, juga ditampilkan berbagai
hiburan, yaitu hiburan musik organ tunggal menampilkan penyanyi
Kotabaru, atraksi pencak silat suku mandar yang disebut mamanca, Camat
Pulau Laut Kepulauan rupanya menyimpan kemampuannya dalam pencak silat,
dihadapan unsur Muspika, tokoh masyarakat serta undangan lainnya
Yahyuddin,S.Sos memperlihatkan kebolehannnya dalam pertarungan duel
mamanca ini, kemudian tarian suku Mandar dibawakan penari dari sanggar
Sipatuo pimpinan Ibu Damri.
Upacara Adat Selamatan Laut Nelayan Suku Bajau
Suasana Desa Rampa Lama, tampak ramai. Sekelompok warga tak
henti-hentinya membunyikan gamelan khas suku Bajau yang bermukim di
perkampungan nelayan Kecamatan Pulau Laut Utara. Mereka sedang menggelar
upacara adat selamatan laut sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil
tangkapan selama ini.
Iring-iringan sebanyak 200 kapal nelayan (balapan) terlihat
memadati perairan Selat Pulau Laut. Suara gamelan dari kenong, sharun,
gong, gitar panting gambus berbaur dengan kerasnya suara mesin domping
balapan.
Di salah satu kapal balapan terlihat tokoh adat Desa Rampa H
Manan duduk di ujung kapal. Ia dikawal sejumlah warga yang berpakaian
adat warna hijau.
Dalam perjalanan sekitar 45 menit menuju panggung utama di
tengah laut muara perairan suara gamelan tidak berhenti. Sementara H
Manan menaburkan jagung saat mendekati panggung utama yang dibangun di
atas laut. Dia juga menaburkan beras kuning, saat tiba di lokasi.
Iring-iringan kapal berhenti dan ritual digelar kembali.
H.Manan memilih lokasi yang dianggapnya tepat untuk menancapkan
bambu yang di atasnya diberi sesajen berupa beras kuning, telur dan
ketan.
Sambil membaca ayat suci Alquran H Manan kemudian kembali
menghambur jagung dan beras kuning lalu menancapkan bambu ke dasar laut
yang saat itu sedang surut sehingga terlihat gosong di pantai. Dia
kemudian mengitari air laut yang telah ditancapi bambu itu sambil
membawa mangkok berwarna putih. Usai berputar beberapa kali, H Manan
memandikan petugas adat yang berendam di laut.
Setelah itu ia mengambil air laut dikatirinya dengan mangkok
itu. Aneh air laut itu terasa tawar, padahal air di sekitarnya dengan
radius satu meter masih asin.
Warga yang mengikuti upacara selamatan laut langsung terjun ke
laut dan berebut air laut yang terasa tawar itu. Mereka yakin dengan
mendapatkan air laut itu bisa membawa berkah tersendiri.
Keyword : Wisata Eksotis di Kotabaru Kalimantan Selatan
Sumber By www.urangbanua.com/obyek-wisata-kotabaru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar