Jumat, 22 Februari 2013

Kain Khas Kalimantan Selatan yaitu Sasirangan


sasirangan

Mungkin kita miliki dan sering dilihat dari jenis kain motif yang dibuat dengan tangan. Di berbagai belahan dunia banyak suku menghargai kreativitas mereka dalam bentuk motif dan kain tenun. Misalnya Zanshi tenun dan Boro dari jepang, Sampot dari Kamboja, Huipil dari Meksiko, Batik dari Jawa suku di pulau Jawa dan lain-lain. Kreativitas dari motif kain mengandung unsur seni tinggi dan filsafat dari produsen yang merupakan bentuk identitas lokal mereka.Dalam pola Banjar etnik, tekstil yang merupakan hasil kreativitas dari orang yang disebut oleh sasirangan. Sasirangan adalah kain etnis Banjar di Kalimantan Selatan, yang dibuat dengan cara menjahit jelujur yang kemudian diikat tali dan kemudian dicelupkan ke dalam pewarna. Jadi, ikatan yang menghasilkan tertentu motives.In Banjar etnis, pola tekstil yang merupakan hasil kreativitas dari orang yang disebut oleh sasirangan. Sasirangan adalah kain Banjar suku di Kalimantan Selatan, yang dibuat dengan cara menjahit jelujur yang kemudian diikat tali dan kemudian dicelupkan ke dalam pewarna. Jadi, ikatan yang menghasilkan motif-motif tertentu.

Sejarahnya...
Menurut beberapa sumber dari cerita rakyat atau dongeng, sekitar abad XII sampai abad ke XIV di Kerajaan Dipa, yang pertama kali membuat kain sasirangan adalah ketika adipati Lambung Mangkurat bertapa selama 40 hari dan 40 malam di rakit balarut banyu (mengikuti aliran air sungai). Menjelang akhir meditasinya rakit duke tiba di Rantau daerah, Bagantung kota, ia melihat beberapa busa di atas air. Dan dalam buih suara seorang wanita bernama Putri gelembung dihargai. Tapi dia akan muncul jika kondisi yang ia minta akan diberikan, yaitu sebuah istana Batung selesai dalam sehari dan dapat diselesaikan kain tenun dan harian dicalap (berwarna) oleh 40 anak perempuan dengan motif beras / padiwaringin. Dari waktu itu pertama kali dibuat kain sasirangan dan sering disebut kain Calapan yang dikenal dengan nama kain sasirangan. Waktu sasirangan pertama juga disebut Langgundi kain, kain tenun adalah berwarna kuning. Langgundi
kain kain yang digunakan sebagai bahan untuk membuat semua warga pakaian kerajaan harian Nagara Dipa kerajaan.

Kain sasirangan merupakan kerajinan khas daerah Kalimantan Selatan (South Kalimantan). Menurut sesepuh setempat, sebelumnya digunakan sebagai Laung (ikat kepala), pria memakai ikat pinggang, syal dan kakamban (kerudung) oleh perempuan. Kain ini juga merupakan pakaian tradisional dikenakan selama upacara adat, dan bahkan digunakan dalam pengobatan orang sakit. Jauh dari penggunaannya pada waktu, sekarang tidak lagi digunakan kain sasirangan ke spiritual. Tapi itu sudah menjadi pakaian sehari-hari dan pakaian adalah karakteristik dari Kalimantan Selatan. Di Kalimantan Selatan, kain sasirangan kerajinan merupakan salah satu daerah yang khas yang perlu diwariskan, dilestarikan dan dikembangkan di masa mendatang.

Proses sasirangan

Kata "sasirangan" berasal dari kata sirang (bahasa setempat) yang berarti diikat atau dijahit dengan tangan dan ditarik benang atau dalam hal jahit dijelujur bahasa. Sasirangan kain yang dibuat dengan menggunakan kain mori, poliester, yang dijahit dengan cara tertentu. Kemudian dicuci dengan berbagai warna yang diinginkan, sehingga gaun bahan bermotif garis-garis warna-warni dengan motif atau yang unik dan khas.

Dalam pembuatan kain sasirangan, pertama menyirang. Kain dipotong pakaian cukup disesuaikan untuk perempuan atau laki-laki. Kemudian kain dicat dengan kain motif tradisional, maka disirang atau dijahit dengan tangan adalah lemah mengikuti motif. Kain yang telah dijahit ditarik benang jahitan untuk mengencangkan jahitannya, sehingga kain mengerut ketat dan kain siap untuk memasuki proses selanjutnya.
Yang kedua, persiapan pewarna, pewarna yang digunakan adalah pewarna untuk batik. Semua pewarna untuk batik dapat digunakan untuk mewarnai kain sasirangan. Tapi pewarna yang umum digunakan saat ini adalah pewarna naftol dengan garam. Bahan lain sebagai pembantu adalah soda api (NaOH), TRO / Sepritus, air panas mendidih. Pada pewarna pertama diambil di moderasi, kemudian diencerkan / dibuat pasta dengan menambahkan TRO / alkohol, kemudian aduk sampai semua / larut larut. Setelah semua bahan terlarut, kemudian menambahkan beberapa tetes soda kaustik dan akhirnya ditambah dengan air panas dan air dingin yang diperlukan. Solusinya harus jelas / jelas. Untuk membubarkan pewarna naftol dianggap selesai dan sudah dapat digunakan untuk mewarnai kain sasirangan.


Untuk membuat warna yang diinginkan, maka pewarna naftol dihasilkan dengan garam. Untuk membubarkan garamnya, diambil sesuai dengan tujuan dan kemudian menambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk, aduk dengan penuh semangat sehingga semua zat terlarut dan solusi yang jelas yang diperoleh. Jumlah solusi disesuaikan dengan kebutuhan. Kedua solusi dari naftol dan garam sudah dapat digunakan untuk mewarnai kain sasirangan, yaitu dengan terlebih dahulu menggosok / menyikat pewarna naftol pada kain yang telah disirang yang kemudian ditambahkan ke solusi lain / garam diterapkan sehingga akan ada warna pada kain yang memiliki telah diolesi sasirangan sesuai dengan warna yang diinginkan. Setelah semua kain dicelup, kain dicuci sampai air cucian tidak berwarna lagi.

Sebelum munculnya pewarna sintetis, kain menggunakan pewarna alam yang digunakan sasirangan dari alam, misalnya dari pohon Karamunting, Mengkudu buah, Akar Kebuau, Gambier, Areca, dan sebagainya. Selain pewarna alami, kain sasirangan biasanya juga menggunakan beberapa bahan dari alam untuk memperkuat ketahanan warna, seperti kapur, tawas, kapur, dan sebagainya.

Ketiga, kain bersih kemudian dilepaskan sehingga lapisan adalah motif bekas luka terlihat di antara warna yang ada pada kain. Sampai di sini sasirangan kain-proses pembuatan telah selesai dan dikeringkan salanjutnya dipangkas dengan besi dan siap untuk dipasarkan. Pada masyarakat banjar, kain sasirangan memiliki berbagai motif dasar yang telah dipatenkan jenisnya. Hal ini dalam rangka untuk mempertahankan nilai-nilai budaya dan kerja banjo. Beberapa motif dasar adalah sebagai berikut:



Bayam Raja
Bintang Bahambur
Daun Jaruju
Iris Pudak
Kambang Raja
Kambang Tampuk Manggis
Kambang Tanjung
Kangkung Kaombakan
Kulit Kayu
Kulit Kurikit
Jajumputan
Sari Gading
Naga Balimbur
Ombak Sinapur Karang
Turun Dayang

Keyword : Kain Sasirangan khas Kalimantan
Sumber By : Bang Yoes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar